
PEMBAHASAN
Pada percobaan penentuan kandungan karbonat dan hidrogen karbonat dalam campurannya, digunakan metode titrasi asam-basa dan larutan baku HCl sebagai penitrannya.
Asam karbonat merupakan asam diprotik, yang dapat membentuk garam karbonat dan garam hidrogen karbonat. Dalam air kedua garam ini bersifat basa sehingga secara bertahap dapat dititrasi dengan asam kuat. Persamaan reaksi yang terjadi antara asam garam karbonat dan garam hidrogen karbonat dengan asam kuat adalah :
CO32- (aq) + H+ (aq) ® HCO3- (aq) pKa = 6,37 \
HCO32- (aq) + H+ (aq) ® H2CO3 (aq) pKa = 10,32 \ \
Pada percobaan titrasi ini, melibatkan analisis kuantitatif. Sehingga larutan HCl yang digunakan untuk menitrasi sampel harus distandarisasi terlebih dahulu, karena larutan HCl merupakan larutan baku sekunder. Larutan standar sekunder adalah larutan standar yang tidak dapat dibuat dan ditentukan konsentrasinya hanya dengan melarutkan padatannya dalam sebuah pelarut. Pada larutan standar sekunder, konsentrasi pasti ditentukan dengan menitrasi larutan asam tersebut dengan suatu titran tertentu (titran harus berupa larutan standar primer) yang sudah diketahui konsentrasi pastinya. Larutan standar primer adalah larutan standar yang dapat dibuat dan ditentukan konsentrasi pastinya hanya dengan menimbang padatannya, kemudian dilarutkan dalam sejumlah pelarut, misalnya pelarut air.
Proses standarisasi bertujuan untuk menentukan konsentrasi larutan secara akurat. Penggunaan senyawa yang sama sebagai standar primer dengan larutan sampel dapat memperkecil kesalahan (persen error). Pembakuan larutan HCl dibakukan dengan larutan standarisasi primer yaitu
Proses reaksi yang berlangsung pada titrasi adalah:

Pada standarisasi larutan sekunder HCl, indikator yang digunakan adalah metil jingga. Larutan sampel yang ditetesi metil jingga berubah warna menjadi kuning dan setelah dititrasi dengan HCl berubah warna menjadi jingga merah. Digunakan indikator metil jingga karena indikator ini berada pada trayek pH titik kesetimbangan larutan sampel, sehingga titrasi tidak melebihi titik akhir.



Pada penentuan kadar sampel, digunakan indikator phenoftalein perubahan warna (dari tidak berwarna- menjadi pink), pemilihan indikator ini juga berhubungan dengan reaksi
memiliki pH sekitar 9,5327 yang berada dikisaran trayek pH phenoftalein (8,3-10,0). Pemilihan indikator metal-jingga pada reaksi ini, karena pada titrasi tahap dua dihasilkan asam kuat
(pH titik ekivalen berada disekitar trayek pH metal jingga (3,1 – 4,4).


Dalam titrasi tersebut, ion karbonat bereaksi terlebih dahulu daripada ion bikarbonat karena ion bikarbonat lebih bersifat basa kuat sehingga kemampuan mengikat
lebih besar dibandingkan dengan ion bikarbonat yang merupakan ion amfoter.

Membuktikan rumus
VHCl = Vmj-2Vpp
Untuk menitrasi pada titik akhir kedua yaitu untuk menetralisasi
menjadi
konservasi proton adalah


Mol HCl pada pH 4,5 = 2
mol 



Karena 1 mol
= 2 mol
dan 1 mol
= 1 mol 





Untuk perhitungan yang digunakan dalam data diatas




Pada rumus diatas kedua sisis dibagi dengan konsentrasi
sehingga didapatkan :

Vmj = 2Vpp + VHCl
VHCl = Vmj – 2Vpp
KESIMPULAN
· Titrasi asam basa dengan menggunakan indicator visual dapat digunakan untuk menentukan kadar suatu zat di dalam suatu senyawa.
· hidrogn karbonat 6,46x10-4
· karbonat 8,075 x 10-4
DAFTAR PUSTAKA
Basset, J etc. 1994. Buku Ajar Vogel, Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Penerbit Buku Kedokteran: EGC. Jakarta.
Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Jilid 2. Erlangga: Jakarta.
Day, R. A. Jr dan A.L. Underwood. 1992. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta:Erlangga.
Harvey, David. 2002. Modern Analytical Chemistry. McGraw-Hill. The International Edition is not available in North America
No comments:
Post a Comment